Kalau mau ganti latar (kalau mau),cukup diklik ..

Qoutes of the Day

19 November 2012,I'm never forget that

Kamis, 06 Juni 2019

Nobar pengalaman pribadi bareng Bigreds Banjarmasin pas final UEFA Champions League musim 2018/19

Ini cuma tulisan biasa, jadi maklumin kalau penulisannya cem anak kecil.


2 Juni 2019.. Hmm, mungkin perlu rewind ke beberapa hari sebelumnya ke tanggal 22 Mei. Tepatnya pada saat saya tahu kalau Bigreds (kelompok suporter resmi yang diakui langsung oleh Liverpool FC) Banjarmasin akan mengadakan nobar final UEFA Champions League. Tentu beda atensinya dibandingkan nobar yang biasa saya hadiri pada saat bulan Agustus-September 2018 (kebetulan sebelum PPL) karena nggak setiap tahunnya bisa melihat Liverpool FC main di final UCL. Kemudian saya langsung merencanakan dengan baik-baik untuk mengatur jadwal supaya nggak berbentrokan dengan tanggal sakral tersebut (Ugh, lebay banget deh). Tentu supaya saya tidak kecewa seperti tahun lalu, rencana nobar di hotel ujung-ujungnya malah streaming makai laptop sendiri dan kalah 1-3 dari Real Madrid. Btw, thanks for the memories, Loris Karius :). Jadi setelah dapat teman nobar (maklumin, saya buta arah dan nggak hapal jalan ke lokasi nobar padahal biasanya nobar sendirian) langsung dah otw kesana beberapa hari kemudian pas jam 1 pagi .-. . Sempat di jalan sekitar Kayutangi, ada orang yang meneriakkan ke saya seperti ini "Liverpool FC juara!!" sambil berlalu melewati saya yang sambil berkendaraan (mungkin karena saya waktu itu makai jersey nameset Gerrard yang notabene pemain legenda LFC) yang membuat saya makin antusias dan semangat buat datang ke tempat nobar.
Pas datang ke sana? Damn, benar-benar penuh, karena waktu itu juga pas malam Minggu dan khalayak umum yang biasanya nongkrong sehari-hari disana juga ada disana, bahkan sampai tempat outdoor nya sekalipun terlihat penuh (padahal saya datangnya jam setengah 2, pertandingan baru dimulai sekitar 1 setengah jam lagi) . Ya, saking ramainya saya sempat nonton pertandingannya sambil berdiri (cem tribun berdiri yang biasanya ada di stadion 17 Mei, wkwkwk)
Cuaca hujan deras di tempat kafenya sebelum kick-off makin membuat suasana sempat tak terkendali karena yang nobar di outdoor ikut berteduh di dalam sehingga tempatnya benar-benar full. Saking fullnya, saya sempat ketemu sama teman waktu SD yang kebetulan beberapa hari sebelumnya sudah ketemu pada saat bukber. Sambil nunggu kick-off, saya pun chit-chat unfaedah dengannya. Sembari menunggu kick-off, pembawa acaranya yang makai jersey original Liverpool musim 2006-2008 itu (saya tahu kalau jersey original karena nggak ada yang jual jersey itu denga versi GO) mengajak para hadirin buat mengikuti kuis dan lainnya. Disaat mau mulai, para supporter langsung menyanyikan (sembari berteriak) chant “You’ll never Walk Alone” dan “Allez Allez Allez”. Benar-benar dahsyat atmosfirnya walaupun cuma nobar, tapi saya dan seluruh penonton langsung chant dengan menggelegar, melambaikan scarf, bertepuk tangan, mengarahkan tangan ke depan dan menyalakan flare di area outdoor kafe. (mungkin terlalu hiperbola ya, tapi kenyataannya begitu kok. Beda banget saat dibandingkan nobar bareng Persija) Kick off dimulai, para suporter juga langsung berteriak bermacam-macam kalimat penyemangat seperti “We conquered Europe”, “We Are Liverpool”, “C’mon boys, let’s do it” dan banyak lainnya. Menit pertama langsung dapat penalti, para fans langsung histeris dan nggak menyangka bakal dapat kesempatan mencetak golnya di awal pertandingan. Saat M. Salah yang mengeksekusi penaltinya, kami serentak teriak chants yang didedikasikan untuknya “Mo Salah, Mo Salah. Running down the wing. Salah la la la la la la laaaaa. The Egyptian King.” Dan setelah gol, para supporter sangat berbahagia dan saling berpelukan (nggak peduli orangnya kenal atau nggak, yang penting saling peluk siapa saja) Kemudian, pertandingan menjadi monoton, mengutip dari salah satu komentar teman IG saya (di salah satu postingannya Valentino ‘Jebret’ Simanjutak) yang kebetulan fans Real Madrid “Boring game” dan memang terlihat seperti itu.. setidaknya sampai babak pertama selesai.
Selesai babak pertama, langsung makan buat sahur di tempat. Yang paling dicari tentunya minuman karena suara saya benar-benar habis disaat itu, sesuatu yang nggak pernah saya rasakan di nobar-nobar sebelumnya. Dan sepertinya nyaris seluruh fans yang nobar juga merasakan hal yang sama. (sebagian penonton umum sudah pulang, maka kami berdua akhirnya bisa dapat tempat duduk pada saat istirahat babak pertama) Lanjut ke babak kedua, permainan nggak menjadi membosankan, banyak serangan dari tim Tottenham yang membuat pertahanan Liverpool FC benar-benar diuji saat itu. Beberapa kali kami applause sambil tepuk tangan karena Van Dijk dan Allison Becker benar-benar berkontribusi terhadap pertahanan, sesuai dengan harga mahal transfernya. Kemudian para fans pun sendiri sadar, bahwa kalau cuma fokus bertahan, tinggal tunggu waktu saja sampai pemain di pertahanan Liverpool hilang konsentrasi dan kebobolan. Jadi pada saat Origi cetak gol di menit akhir dari set piece corner kick, semuanya langsung teriak-teriak bahagia nggak jelas. Ada yang bilang “Champion, champion” “Not five anymore, but six” “Yeah, logo di Badge of Honor UCL ganti ke angka 6” dan sampai menyalakan suar (lagi.)
Pertandingan selesai, suasana benar-benar dahsyat. Chant di awal pertandingan kembali dinyanyikan, banyak yang bersuka cita dan terlihat senang. Benar-benar sebuah kebahagiaan tersendiri bisa menyaksikan gelar pertama Liverpool sejak tahun 2012 dan UEFA Champions League yang pertama sejak tahun 2005. Suara saya (dan sepertinya sebagian para fans) benar-benar habis dan langsung berubah sesaat setelah selesai karena benar-benar berteriak, menyanyikan chant dan merayakan kebahagiaan itu dan tentunya menghapus kenangan buruk pada saat tahun lalu (tapi seriusan, suara saya baru normal seperti biasa setelah beberapa hari kemudian -_-.) Merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya bisa menyaksikan tim favorit menjuarai kompetisi yang diikutinya. Pas saat nobar Persija, saya hanya bisa menangis kecil karena terharu dan bahagia bisa lihat juara Liga 1 Indonesia. Tapi kali ini, saya benar-benar tertawa bahagia dan senang karena bisa melihat Liverpool juara UCL. Yah maklumin lah, saya dukung klub bukan karena prestasinya. Oke oke, mungkin prestasi bisa jadi alasan, tapi itu bukan alasan utamanya. Tapi alasan utama saya mendukung suatu klub karena faktor suporter melalui dukungan klub, banyak mengembangkan pemain muda dan faktor tempat asal keluarga. (Bukan karena faktor geografis ea) Jadi paham kan kenapa saya jadi dukung Liverpool FC, Bayer Leverkusen, Persija Jakarta dan Persis Solo? Well, itulah alasannya. Oke, isi tulisan nirfaedah ini telah selesai. Bagi yang telah baca, makasih banyak. Tapi kalau yang nggak mau baca? Biasa aja sih, saya mah selow aja. Lagian saya nulis ini karena gabut pas hari Lebaran, wkwkwkwk. See ya.